MODUL
E KP 3
MERANCANG
SKENARIO FILM PENDEK
1.
Menulis Cerita
Menulis cerita adalah sebuah karya seni,
yang penilaian tentang baik atau buruknya sangat relatif. Setiap orang boleh
untuk menulis cerita apapun yang dikehendaki. Tetapi dalam menulis cerita untuk
skenario film, ada beberapa hal penting yang layak dicermati, yaitu penulis
tidak sedang menulis cerita untuk diri sendiri, melainkan untuk dipertontonkan
kepada orang banyak/penonton,
sehingga
penulis harus paham, apa yang diinginkan
para penonton.
Dalam
menulis skenario, cerita yang dibuat harus mewakili kehidupan para penonton.
Misalnya: menurut
survey, prosentase penonton film adalah anak-anak remaja yang umurnya 12–20
tahun. Berarti dibuat cerita tentang kehidupan anak-anak muda yang umurnya SMP,
SMA atau kuliah. Contoh film yang terkenal adalah “Ada Apa Dengan Cinta”. Film
ini laku keras di pasaran, alasannya ceritanya dikemas sedemikian rupa sehingga
membuat anak-anak SMU di Indonesia terwakili. Sehingga ketika selesai melihat
film tersebut, yang perempuan merasa menjadi sosok Cinta, dan yang laki-laki
merasa seperti Rangga (Admaja, 2014) .
Dari
prosentase penonton, penonton terbesar film di Indonesia adalah perempuan.
Sehingga, membuat cerita yang berisi konflik-konflik tentang wanita akan lebih
diminati. Contoh “Ca-Bau-Kan”, “Detik Terakhir”, atau “Perempuan”.
Masih banyak lagi cerita-cerita yang
bisa digali, baik itu drama, action, komedi, atau pun horor. Yang penting
adalah setiap cerita ada sosok tokoh yang membuat para penonton simpati,
sehingga tokoh itu akan dibela oleh para penonton. Penonton akan makin tegang,
apabila tokoh yang mereka simpati menjadi korban sebuah teror. Itu yang biasa
terjadi pada film horor. Sehingga membuat cerita yang bagus, hal yang yang
harus dipikirkan dalam menulis cerita untuk skenario film yaitu cerita tersebut
disukai para penonton.
2.
Premis
Premis
adalah ide/inti sari dari sebuah cerita. Biasanya premis hanya
dibuat dalam 1 atau 2 kalimat saja. Untuk sebagian penulis skenario, premis
sangat penting, karena premis akan diletakan di depan/di atas sebelum sinopsis.
Hanya 1 atau 2 kalimat, premis sudah bisa mewakili apa yang akan diceritakan
dalam film tersebut.
Contoh:
Film PENGABDI SETAN, premisnya: “Seorang
pembantu rumah tangga datang untuk merebut harta majikannya, dengan cara
mengabdi pada setan.”
Film ADA APA DENGAN CINTA, premisnya:
“Cinta menipu dirinya sendiri, di hatinya ada cinta. Cinta kemudian jujur,
namun cinta itu sudah hampir pergi.”
3.
Sinopsis
Sinopsis adalah sebuah ringkasan cerita.
Berarti cerita dibuat secara ringkas yaitu singkat, padat, dan jelas. Pembuatan
sinopsis adalah proses yang sangat penting. Karena dari sinopsis, produser akan
menentukan cerita tersebut layak diproduksi atau tidak. Sebab, banyak cerita
yang sebenarnya baik/bagus, tapi gagal diproduksi karena penulis skenario
kurang memahami dalam menulis sinopsis.
Sinopsis harus ditulis langsung pada
permasalahan. Karena pembaca sinopsis (produser atau skrip editor) hanya ingin
tahu cerita dan masalah yang terkandung dalam cerita tersebut. Sehingga, jika
sinopsis dibuat secara bertele-tele dan lamban, produser tidak akan
memperhatikan cerita yang sudah dibuat.
Setiap paragraf dalam sinopsis harus
sudah menunjukan kesinambungan cerita. Ada cerita, ada isi, bukan hanya sekedar
proses.
Menulis sinopsis harus memikirkan
dramaturgi. Artinya di sinopsis itu sudah tergambar dengan jelas: Apa
masalahnya? Bagaimana masalah membesar? Dan seperti apa puncak masalah (biasa
disebut turning point/klimaks)? Dan seperti apa penyelesaiannya.
Tetapi ada juga penulis yang tidak mau
menuliskan penyelesaian ceritanya, agar si pembaca akan penasaran, seperti apa
akhir dari cerita itu. Jenis sinopsis yang seperti ini harus punya masalah,
konflik dan puncak masalah yang memang kuat dan menarik.
Contoh sinopsis yang lamban:
Pagi itu indah sekali. Palupi jalan
santai dan ceria menuju sekolahnya. Memang seperti itulah Palupi, selalu ceria.
Sesampainya di sekolah…….
Pembahasan:
Sinopsis di atas ketika dibaca, sangat
lamban, sangat bertele-tele. Ketika produser membaca pasti sudah malas. Karena
dari 3 kalimat yang dibuat,tidak ada informasi yang di dapat.
4.
Scene
Plot/Treatment
Merupakan tahapan yang paling penting
dalam pembuatan skenario. Sebab, Scene
Plot/Treatment ini bisa dikatakan sebagai blue
print. Dari scene plot,
dramaturgi akan dibuat secara gamblang. Kapan masalah dimulai? Kapan masalah
akan memuncak (turning point)? Dan
bagaimana penyelesaian masalahnya?
Scene
Plot/Treatment adalah uraian singkat yang ada di setiap
scene. Jadi scene plot akan ditulis dari scene
1 hingga scene terakhir.
Contoh Scene Plot:
Adegan dibuka dengan teriakan para murid
di halaman sekolah ketika upacara. Mereka senang, kepala sekolah memberi
pengumuman jika darma wisata tahun ini tujuannya ke Bali. Yola (tokoh utama)
dan 3 sahabatnya yaitu Disti, Tisa, Via juga sangat senang. Di barisan lain
Waldi (keren, tapi sok ganteng) memandangi
Yola dengan senyum penuh tanya.
Koridor SMU. Sambil berjalan, Waldi
menunjukan keyakinannya di depan Rudi dan Kaka, bahwa dia yakin bisa
mendapatkan hati Yola. Lumayan, bisa buat temen jalan di Bali nanti. Rudi dan
Kaka memberi semangat, “Kalo emang kamu mampu, tunjukkan sekarang juga dong
kalo bisa mendapatkan Yola.” Waldi terpengaruh, ada hal yang membuat Waldi
yakin, adalah karena dia masuk 10 besar di kelasnya. Sudah pasti cewek suka
sama cowok yang pintar. Waldi yakin, dia mau menunjukkan kepada kedua
sahabatnya itu.
SMU. Parkiran Mobil. Yola, Disti, Tisa
dan Via menuju mobil. Sambil jalan mereka ngobrol tentang senangnya mereka mau
berangkat ke Bali. Disti, Tisa dan Via membayangkan enaknya jalan-jalan di
Legian, menikmati ombak di Pantai kuta, atau makan-makan di Jalan Tuban. Tapi
berbeda dengan Yola, dia lebih memilih untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah,
seperti: Taman Ayun, Pura peninggalan raja-raja dulu atau tanah lot yang
bersejarah, dan semua yang ada hubungannya dengan sejarah. Tiba-tiba muncul
Waldi, dia minta waktu ke Yola sebentar.
5.
Skenario
Halaman
Pada Skenario
1.
Skenario ditulis dengan menggunakan
huruf courier new 12.
2.
Kertas ukuran A4 (8,5” X 11”).
3.
Batas atas dan batas bawah antara 0,5 “
sampai 1”.
4.
Margin kiri 1,2” sampai 1,6”.
5.
Margin kanan 0,5” sampai 1”
6.
Spasi 1.
7.
Nomer halaman dicetak di kanan atas
halaman.
8.
Dengan format penulisan seperti di atas,
rata-rata 1 halaman akan menjadi 1 menit adegan.
Jumlah
Halaman
·
Sinetron ½ jam (dengan asumsi sudah
termasuk iklan) masing-masing berkisar antara 15 sampai 20 halaman.
·
Sinetron 1 jam (sudah termasuk iklan)
masing – masing bisa mencapai 40 sampai 44 halaman. Tapi biasanya jumlah
halaman semakin lama akan berkurang (seiring dengan bertambahnya episode),
apabila sinetron tersebut mendapat sambutan bagus dari penonton, sehingga
berimbas pada jumlah spot iklan yang terpasang, yang akan mempengaruhi bangunan
cerita.
·
FTV 1,5 jam (sudah termasuk iklan)
masing-masing 60 sampai 70 halaman.
·
FTV 2 jam (sudah termasuk iklan)
masing-masing 85 sampai 95 halaman.
6.
Scene Heading
Scene
heading akan menerangkan kepada pembaca skenario di mana scene
yang bersangkutan bertempat. Penulisan scene
heading selalu diawali dengan nomer scene,
lalu INT (Interior, yang berarti di dalam ruangan) atau EXT (Exterior, berarti
di luar ruangan). Baru kemudian diikuti dengan tempat. Misalnya: RUMAH DANIEL,
KAMAR SOFIA, MOBIL, LAPANGAN SEPAKBOLA, DLL. Dan selanjutnya diakhiri dengan
waktu scene tersebut. Misalnya: PAGI,
SIANG, SORE, MALAM, SUBUH.
Contoh penulisan Scene Heading:
·
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
·
EXT. LAPANGAN SEPAKBOLA – SORE
·
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
·
INT. KAFE – MALAM
7.
Action
Action atau biasa disebut dengan
deskripsi, ditulis sepanjang halaman. Pada action akan diterangkan kepada
pembaca skenario tentang apa yang terjadi dalam scene yang bersangkutan. Siapa tokoh yang ada, apa yang dia/mereka
lakukan, dan apa yang terjadi. Tidak ada dialog dalam ruang action. Setiap nama
tokoh ada baiknya menggunakan huruf besar semuanya, agar memudahkan para
pembaca tentang ada berapa tokoh dalam scene
tersebut.
Contoh:
·
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak! DANIEL, 18, membanting
majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya ditujukan pada BUDI,
45, ayahnya. BUDI hanya bisa terperangah melihat aksi anaknya itu.
·
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan
DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya
terus nanar, menerawang ke depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak
berani menegur DANIEL. ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil
berjalan dengan makin cepat.
8.
Character Name (Nama Tokoh)
Penulisan nama tokoh yang berdialog
ditulis dengan huruf besar. Misalnya: DANIEL, ASTUTI, BUDI, DLL. Letak
penulisannya adalah pada posisi 3,5” dari kiri.
Apabila dalam sebuah scene ada beberapa peran
tambahan/figuran yang ikut berdialog bisa ditulis pekerjaan si tokoh tersebut.
Misalnya: POLISI #1, POLISI #2, GURU #1, DOKTER #3, dll.
Contoh:
·
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak!
DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada BUDI, 45, ayahnya. BUDI hanya bisa terperangah melihat aksi
anaknya itu.
DANIEL
·
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan
DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke
depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL.
ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
DANIEL
9.
Dialog
Penulisan dialog menjorok dari kiri
sepanjang 2.0 “ –2.5”, dengan panjang sekitar 30 sampai 35 karakter.
Contoh:
·
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak!
DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada BUDI, 45, ayahnya. BUDI hanya bisa terperangah melihat aksi
anaknya itu.
DANIEL
(MARAH)
Liat majalah itu, Pah!
BUDI
makin kaget. Perlahan pandangannya ditujukan ke majalah itu, pelan tangannya
mengarah ke majalah,
mengambil majalah, dilihatnya. Di cover depan majalah itu ada gambar BUDI
dengan headline KORUPTOR.
DANIEL
(GERAM)
Jadi itu yang selama ini papa lakukan di luar sana!? Papa sudah berbuat yang
tidak baik.
BUDI
(BINGUNG.
MENGIBA) Daniel.. dengar dulu.. papa bisa jelasin semuanya..
DANIEL
(TEGAS)
Daniel marah sama papa!
·
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SORE
Tangan
DANIEL memegang kemudi dengan geram. Pandangannya terus nanar, menerawang ke
depan. ASTUTI, 17, yang duduk di samping DANIEL, tak berani menegur DANIEL.
ASTUTI ketakutan, bingung, karena makin lama mobil berjalan dengan makin cepat.
DANIEL
makin geram, makin marah, dan teriak.
DANIEL
(TERIAK
HISTERIS) Papa kebangetan!!
10.
Parenthetical
Dikenal juga dengan istilah emosi. Emosi
yang ada pada para tokoh yang sedang berdialog. Misalnya: Tertawa, marah,
teriak, geram, menangis, mengiba, dll.
Penempatan parenthetical diletakan di
depan dialog. Seperti yang sudah dicontohkan di atas. Namun ada cara penulisan
skenario yang lain, dimana keterangan emosi tersebut diletakan di tempat
tersendiri, di bawah nama tokoh dan di atas dialog, dengan posisi margin pada
kurang lebih 3”.
Contoh:
·
INT. RUMAH DANIEL. RUANG TENGAH – SIANG
Brak!
DANIEL, 18, membanting majalah di meja. Wajahnya menunjukan kemarahan. Marahnya
ditujukan pada BUDI, 45, ayahnya. BUDI hanya bisa terperangah melihat aksi
anaknya itu.
DANIEL
(MARAH)
Liat
majalah itu, Pah!
(KERAS)
Liat!!!
BUDI
makin kaget.. perlahan pandangannya ditujukan ke majalah itu, pelan tangannya
mengarah kemajalah, mengambil majalah, lalu membacanya. Di cover depan majalah
itu ada gambar BUDI dengan headline KORUPTOR.
BUDI
(GERAM)
Jadi
itu yang selama ini papa lakukan di luar sana!? Papa sudah berbuat tidak baik.
BUDI
(BINGUNG.
MENGIBA)
Daniel..
denger dulu.. papa bisa jelasin semuanya..
DANIEL
(TEGAS)
Daniel
marah sama papa!
Pada
bagian ini ada baiknya juga diketahui istilah CONTINUING atau keberlanjutan.
Artinya dialog dari seorang tokoh terpotong dengan sebuah action, dan berlanjut
lagi kemudian.
Contoh penulisannya:
·
EXT. TAMAN – SORE
DANIEL
dan ASTUTI berjalan beriringan menyusuri jalan taman. Sesekali ASTUTI menoleh
ke DANIEL yang sedang kalut. Perlahan tangan ASTUTI menyentuh tangan DANIEL.
DANIEL merasakan itu.. DANIEL berhenti tepat di depan bangku taman, memandang ASTUTI..
DANIEL
(MENGHELA
NAFAS) Gue bosen sama semua ini, Ti.
DANIEL
melihat bangku.. lantas dia duduk di sana..
DANIEL
(CONTINUE)
Orang yang begitu gue kagumi, ternyata ngecewain gue.
11.
Extension
Ada dua extension yang dikenal dalam
penulisan skenario, yaitu V.O dan O.S:
1.
V.O singkatan dari Voice Over, artinya
suara orang bicara yang muncul pada saat si tokoh tidak sedang bicara. V.O
biasa digunakan untuk suara hati, suara pikiran, atau bisa juga untuk
menunjukan adanya suara hantu yang menggema. Penulisan V.O dengan menggunakan tanda kurung (V.O), yang diletakan di
belakang nama tokoh. Misalnya: DANIEL (V.O), ASTUTI (V.O), HANTU (V.O), DLL.
2.
O.S singkatan dari Off Screen, yang
maksudnya adalah terdengar suaranya tapi tak terlihat yang bicara. Hal itu
biasa dijumpai misalnya ketika Daniel sedang bicara dengan Ibunya yang ada di
dalam kamar. Ketika itu Ibunya tidak terlihat di adegan, yang muncul hanya
suaranya saja ketika sedang berbicara dengan Daniel yang berada di luar kamar.
Ada juga penulis yang menulis O.C (Off Camera), tetapi kurang umum. Penulisan
dan penempatannya sama persis dengan V.O. Contohnya: IBUNYA DANIEL (O.S),
ASTUTI (O.S), DLL.
Contohnya:
INT.
RUMAH DANIEL. DEPAN KAMAR MAMA – SORE
DANIEL
yang sudah siap pergi, mengentuk pintu kamar Mamanya..
DANIEL
Cepetan,
mah. Udah sore nih.
MAMA
(O.S)
Iya..
lima menit lagi.
DANIEL
(KESAL)
Aduh, mama.. dari tadi lima menit melulu..
MAMA
(O.S)
Oke..
oke.. kali ini bener-bener lima menit.
12.
Transition
Dalam bahasa Indonesia kita kenal dengan
nama transisi. Transisi ada di antara 2 scene.
Tepatnya antara ending scene sebelum
dengan scene heading sesudahnya. Ada
beberapa transisi yang ada dalam penulisan skenario, antara lain:
·
CUT
TO:
Perpindahan scene satu ke scene berikutnya secara patah atau
langsung.
·
DISSOLVE
TO: Perpindahan scene satu ke scene
berikutnya dengan cara: gambar
di scene satu memudar saat yang sama
muncul gambar dari scene berikutnya
yang menguat, berakhir menjadi gambar scene
berikutnya secara keseluruhan.
·
FADE
TO:
Scene satu perlahan menghilang
menjadi gelap, diiringi dengan muncul gambar scene berikutnya secara perlahan. Beberapa penulis menulis dengan FADE OUT: FADE IN, yang maksudnya sama,
yaitu gambar lama menghilang, muncul gambar baru.
·
FLASH
TO:
Perpindahan
scene
yang disertai seperti munculnya sebuah kilatan
Contoh penulisan Transition:
Mendengar perkataan DANIEL yang dianggap
keterlaluan, membuat BUDI menjadi marah. DANIEL memandang marah ke wajah BUDI dalam-dalam. Setelah itu DANIEL
memutuskan pergi.
CUT
TO:
EXT. JALAN RAYA – SIANG
Mobil Daniel melintas
dengan sangat kencang.
CUT
TO:
INT. JALAN RAYA. MOBIL
DANIEL – SIANG
DANIEL
mengemudi mobilnya ngebut. Pandangannya marah, terus ke depan, kakinya terus menekan
gas, ada kemarahan di matanya.
13.
Istilah-Istilah Lain Yang Digunakan
Di bawah ini beberapa istilah yang ada
dalam penulisan skenario:
a.
B.G: Background
Contoh:
DANIEL
masih duduk di bangku taman. Di posisi B.G ada ASTUTI yang terus memandangi DANIEL dengan sedih.
b.
F.G:Foreground
Contoh:
MARIA
mendekati SAMUEL yang menjadi F.G.
c.
S.F.X:Sound Effect
Contoh:
S.F.X:
Hujan deras dan kilat yang menyambar-nyambar.
d.
SPFX:Special
Effect
Contoh:
S.P.F.X:
Wajah DAWSON menghadap kamera. Perlahan kulit wajah itu melepuh, kemudian
meleleh seperti lilin dan benar-benar menjadi cair seperti air yang mendidih.
e.
P.O.V:Point Of View
Contoh:
SANDI
menoleh ke arah kanan. SANDI kaget.
P.O.V
SANDI: Di sana ada SANDRA, tetangganya, sedang berjualan di pinggir jalan.
14.
Montage
Montage bisa didefinisikan dengan
adegan-adegan singkat yang bersambung-sambung untuk mempercepat dramaturgi
cerita.
Misalnya: Daniel akhirnya menyadari tentang
kesalahannya, bahwa papanya yang selama ini dia sangka korupsi, ternyata tidak
sama sekali. Karena itu, Daniel buru-buru pulang. Sampai rumah, papanya tidak
ada. Papanya sudah pergi. Daniel mencari tahu kesana-sini, dimana papanya
berada. Tanya sana, tanya sini, mencari kesana, mencari kesini, hingga kemudian
sampailah Daniel di sebuah desa, dimana dia mendapati papanya sudah sakit
keras.
Adegan di atas akan berjalan dengan
cepat. Montage lebih sering tanpa dialog. Tapi jika ada dialog, hanya sedikit
saja, yang fungsinya hanya untuk menguatkan informasi.
Contoh penulisan Montage:
MONTAGE:
1.
Daniel melajukan mobilnya dengan kencang.
2.
Mobil Daniel sampai di halaman rumahnya.
3.
Daniel membuka pintu kamar papanya, disana tidak ada BUDI.
4.
Daniel mencari ke semua tempat di rumah dengan panik.
5.
Daniel dapat kabar dari Pembantu, BUDI pergi.
6.
Daneil mencari ke segala tempat.
7.
Daniel sampai di sebuah halaman rumah di desa.
9.
Daniel masuk rumah, mendapati papanya sudah sakit keras.
END OF MONTAGE.
15.
INTERCUT
INTERCUT,
atau beberapa penulis menulis dengan istilah “INTERCUT
WITH:”. Istilah INTERCUT digunakan untuk menggambarkan scene satu dengan scene
lain yang berpindah-pindah. INTERCUT
sering ditemukan ketika adegan telefon.
Misalnya, ketika DANIEL yang ada di
mobilnya menelpon ASTUTI yang ada di rumahnya. Percakapan di telepon cukup
panjang, jadi tidak mungkin setiap ASTUTI bicara akan disebut sebagai scene baru. Demikian juga ketika DANIEL
bicara, bukan merupakan scene yang
baru. Jika semua ditulis scene baru,
bisa dibayangkan, ada berapa scene di
setiap adegan telepon.
Selain adegan bertelepon, INTERCUT WITH juga bisa digunakan pada
beberapa adegan yang lain yang membutuhkan CUT
TO CUT dari scene 1 ke scene lainnya. Misalnya pada sebuah
adegan, seorang COWOK yang sedang menyukai perempuan ada di kamarnya sedang
membayangkan seorang CEWEK. Ternyata, pada saat yang sama, si CEWEK itu juga
sedang membayangkan si COWOK. Pada adegan ini dibutuhkan perpindahan gambar
dari CEWEK ke COWOK, kembali ke CEWEK, dan seterusnya.
Ada 2 cara penulisan INTERCUT WITH, yang kita bisa pilih
salah satunya.
Contoh
I penulisan INTERCUT WITH:
INT. JALAN RAYA. MOBIL DANIEL – SIANG
DANIEL menyetir dengan gelisah. Melihat
HP yang tegeletak di jok sebelahnya, DANIEL menyambarnya. Sambil tetap waspada
pada jalanan di depan, DANIEL menekan nomer telepon. Setelah selesai, dia
pasang hand’s free itu di telinganya.
INTERCUT
WITH:
INT. RUMAH ASTUTI. RUANG TENGAH – SIANG
Telepon rumah berdering. ASTUTI keluar
dari kamarnya menuju meja telepon, mengangkat gagang telepon dan bicara..
ASTUTI
Halo..
DANIEL
Halo, Ti.. ini aku.. Daniel..
ASTUTI
(KAGET. CEMAS) Ya ampun, Daniel.. kamu
kemana aja!? Semua orang mencari kamu.
DANIEL
Astuti.. aku butuh kamu. Aku pengen
ketemu kamu.
Contoh
II penulisan INTERCUT WITH:
INT. KAMAR SAMUEL – MALAM
SAMUEL sudah duduk, menghadapi buku
pelajarannya. Dia sulit sekali konsentrasi. Dia tutup buku itu, kemudian
pandangannya menerawang.
INT. KAMAR MARIA – SIANG
Pada saat yang sama, MARIA juga sedang
gelisah, sulit tidur. Hanya bisa memeluki gulingnya saja, dia terus tersenyum
bahagia.
INTERCUT BETWEEN SAMUEL AND MARIA:
SAMUEL berdiri, menuju jendela, horden
dibuka, memandangi keluar, entah
kemana.
MARIA bangun dari tidurnya, menuju ke
jendela, membuka horden, memandangi
keluar dengan senyum.
SAMUEL juga tersenyum, dia sedang
bahagia.
16.
Kerapian Penulisan Skenario
Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya,
bahwa skenario akan dibaca oleh beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan
film. Ini berarti bahwa diperlukan kerapian sebuah skenario. Di bawah ini ada
beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam menulis skenario.
a.
Pada lembaran pertama skenario adalah
lembaran judul, penulis skenario, dan tanggal penulisan skenario.
b.
Skenario harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, sehingga akan mudah dimengerti oleh pembaca.
c.
Penggunaan tanda baca harus diperhatikan, yang
sebisa mungkin menggunakan ketetapan yang ada pada EYD.
d.
Skenario yang sudah selesai ditulis,
agar dibaca lagi dari awal hingga akhir. Selain untuk memastikan dialog, scene maupun dramaturgi, juga untuk
mendapati kesalahan-kesalahan tulisan yang bisa dibetulkan.
e.
Jangan menulis Scene Heading di akhir
halaman.
f.
Jangan menulis Action di awal halaman.
g.
Tidak menulis Nama Tokoh (untuk dialog)
di akhir halaman.
h.
Dialog tidak ditulis di awal halaman.
i.
Tidak mengawali halaman dengan
transition (CUT TO, FADE TO, DISSOLVE TO,
dan lain-lain).
Sebaiknya skenario diakhiri dengan Nama
Penulis dan Tanggal penulisan. Dan jika diperlukan, nomer HP penulis juga
tercantum. Agar memudahkan bagi sutradara atau kru yang lain menghubungi
penulis ketika ada bagian dari skenario yang kurang jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar